Oleh : Dr. Sodikin, S.Pd, M.Si, M.P.W.K. (Dosen Program Magister Studi Lingkungan, Sekolah Pascasarjana Universitas Terbuka, Pembina Yayasan Lingkungan Hidup Estuari)
Hari Mangrove Sedunia tahun 2025 yang diperingat setiap tanggal 26 Juli harus dipandang sebagai momentum strategis yang sangat penting untuk mendorong dan mengimplementasikan aksi nyata dalam konservasi mangrove secara berkelanjutan. Mangrove merupakan ekosistem esensial yang tidak hanya berperan sebagai penyerap karbon alami dalam skala besar, tetapi juga sebagai benteng alami yang melindungi garis pantai dari abrasi dan dampak gelombang laut yang kian intens akibat perubahan iklim.
Tidak kalah penting, mangrove menjadi habitat yang sangat kaya akan keanekaragaman hayati serta menjadi tumpuan utama kehidupan masyarakat pesisir yang menggantungkan mata pencaharian pada sumber daya alam tersebut. Namun, keberadaan mangrove saat ini menghadapi ancaman serius dari aktivitas manusia seperti alih fungsi lahan untuk keperluan industri, pemukiman, pertanian, dan tambak, ditambah dengan tantangan lingkungan lain seperti pencemaran dan dampak buruk perubahan iklim, termasuk kenaikan permukaan air laut serta cuaca ekstrem yang memengaruhi regenerasi dan keberlanjutan ekosistem mangrove.
Dalam menghadapi berbagai ancaman tersebut, dibutuhkan kolaborasi lintas sektor yang sistematis dan komprehensif. Pemerintah harus mengambil peran sentral dengan menetapkan kebijakan dan regulasi yang lebih tegas serta mendukung program rehabilitasi dan perlindungan mangrove. Di saat yang sama, masyarakat lokal sebagai penjaga dan pelaku langsung di lapangan harus diberdayakan agar dapat memelihara dan mengelola mangrove secara berkelanjutan.
Peran akademisi dan lembaga riset pun menjadi semakin krusial dalam mengembangkan teknologi serta metode konservasi yang efektif dan berkelanjutan, sementara sektor swasta perlu dilibatkan melalui dukungan pembiayaan dan inovasi dalam kerangka tanggung jawab sosial lingkungan.
Selain itu, edukasi lingkungan dan peningkatan kesadaran publik perlu dijadikan fondasi agar konservasi mangrove tidak semata-mata menjadi kegiatan simbolis, melainkan bagian integral dari pembangunan berwawasan lingkungan. Pemberdayaan masyarakat terutama melalui pengembangan ekonomi berbasis ekowisata dan hasil hutan bukan kayu akan menjadi langkah strategis dalam mengintegrasikan konservasi mangrove dengan keberlanjutan ekonomi lokal.
Melalui perayaan Hari Mangrove Sedunia tahun 2025, seluruh elemen bangsa hendaknya memperkuat komitmen dan konsistensinya untuk merehabilitasi, melindungi, dan menjaga ekosistem mangrove agar tetap sehat, produktif, dan lestari. Dengan demikian, mangrove tidak hanya berfungsi sebagai pelindung dan sumber kehidupan hari ini, tetapi juga sebagai investasi ekologis yang berharga bagi kesejahteraan dan kelangsungan hidup generasi mendatang.
Komentar