Radar Waktu, Boyolali – Sebuah terobosan dalam pelestarian dan pengembangan kerajinan tembaga dilakukan melalui Program Pengabdian Masyarakat Kolaborasi Indonesia (PMKI) 2025. Kegiatan yang melibatkan tiga perguruan tinggi negeri ini berfokus pada penguatan ekonomi kreatif berbasis kearifan lokal di Tumang, Desa Banaran, Cepogo, Boyolali, Jawa Tengah.
Program yang berlangsung dari Mei hingga November 2025 ini dipimpin oleh Dr. Seno Darmanto dari Universitas Diponegoro (Undip) sebagai Pelaksana Utama, dengan menggandeng Dr. Benidiktus Tulung Prayoga dari Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Prof. Dr. Eng. Ir. Syamsul Hadi S.T., M.T. dari Universitas Sebelas Maret (UNS) sebagai mitra. Turut serta dalam pelaksanaannya adalah mahasiswa dari UGM serta mitra strategis, Pokdarwis Pogo Wijaya, yang diwakili oleh Mas Daryono dan Mas Rochmat Wiyono.
Lokasi Cepogo yang strategis di jalur wisata Solo-Selo-Borobudur menjadi alasan kuat dipilihnya daerah ini. Fokus tim dari UGM adalah menciptakan sarana edukasi untuk mengenalkan teknik “pande” atau kerajinan tembaga kepada generasi muda. “Kami ingin mengenalkan teknik pande kepada pelajar supaya ada regenerasi dan keberlanjutan (sustainability) kerajinan pande tembaga,” ujar Dr. Benidiktus Tulung Prayoga.
Kegiatan diawali dengan diskusi intensif dengan Pokdarwis Pogo Wijaya untuk menentukan prioritas kebutuhan warga. Dari hasil diskusi, disepakati untuk membangun sebuah sanggar wisata edukasi pande kriya tembaga. Implementasinya dimulai dengan perancangan dan pembuatan meja kerja khusus serta matras (cetakan) yang mengadopsi pola khas daerah, seperti gambar sapi ndeprok khas Boyolali dan motif daun. Alat bantu ini memungkinkan pengunjung, terutama pelajar, untuk mempraktikkan pembuatan souvenir seperti gantungan kunci atau plakat dalam waktu singkat.
Hasil konkret dari kolaborasi ini adalah terwujudnya sanggar pande besi yang dilengkapi dengan meja dan alat bantu khusus, yang saat ini sedang dalam proses pengajuan Hak Kekayaan Intelektual (HKI). Keberhasilan ini tidak hanya mewadahi pelestarian budaya dan regenerasi perajin, tetapi juga menciptakan destinasi wisata edukasi baru. Dengan demikian, kegiatan ini secara nyata mendukung pemberdayaan ekonomi masyarakat lokal serta berkontribusi pada pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya dalam hal pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi, pendidikan berkualitas, serta kota dan komunitas yang berkelanjutan.




Komentar